PENTINGNYA STRATEGI KOMUNIKASI TERHADAP HASIL
(The Importance of right Communication
strategy influence the result )
ARGA YUDA PERMANA (1A113707)
PUTTI SATRIAWAN (17113056)
SOFIAN ARISSA PUTRA (18113598)
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok, Jawa Barat
Abstrak
Komunikasi tanpa strategi ibarat orang berjalan tanpa mengetahui
seluk beluk jalan yang dilalui. Sebaliknya, komunikasi yang dilakukan dengan
strategi yang relevan ibarat orang berjalan dengan mengetahui betul peta jalan
dan rambu lalu lintas yang dilaluinya. Strategi komunikasi juga harus didukung
oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris)
yang sudah diuji kebenarannya sehingga akan terbentuk keefektivitasan suatu
komunikasi . Dengan demikian strategi komunikasi dengan adanya teori
sangat menentukan adanya efektivitas komunikasi.
Kata Kunci : komunikasi, strategi, efektif, manage care, indemnity
Abstract
The communication without strategy is like people walk without
knowing the ins and outs of the road. Instead, communication performed with the
relevant strategy like people walk by knowing the road map and traffic signs in
its path. The communication strategy must also be supported by a theory because
a theory knowledge based on the experience (empirical) that has been tested
truth so will be formed the effectiveness of a communication. So the
communication strategy with the theory is very influential the effectiveness of
communication.
Key Word : communication, strategy, effective, manage
care, indemnity
PENDAHULUAN
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja,
melainkan harusmenunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Suatu strategi juga
merupakankeseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan guna mencapai tujuan.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri
begitu juga halnya bagi suatu perusahaan . Dengan adanya kamunikasi yang baik,
suatu perusahaan dapat berjalan lancar dan berhasil. Tapi sebaliknya, kurangnya
atau bahkan tidak adanya komunikasi akan menghambat kinerja perusahaan. Di
dalam suatu perusahaan, atasan dan bawahan penting untuk menjalin hubungan emosional
yang dapat dilakuakan dengan memperkuat komunikasi dan pemberian motivasi. Hal
ini menjadi sangat penting mengingat melalui komunikasi dari pimpinan kepada
karyawan diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian-pengertian dan
kebijakan-kebijakan pimpinan yang berkaitan erat dengan pencapaian program,
serta mampu melaksanakannya, lebih jauh lagi dapat untuk menjaga konsistensi
dan kontiniutas pelaksanaan dan pencapaian tujuan perusahaan.
Kertonegoro menyatakan bahwa “dalam mencapai tujuannya, perusahaan
sangat dipengaruhi oleh keberhasilan upaya yang dilakukan oleh anggotanya.
Upaya tersebut tercermin dalam tugas yang diberikan kepadanya maupun
upaya-upaya yang berasal dari dalam dirinya yang memiliki dorongan kuat untuk
memberhasilkan tercpainya tujuan perusahaan tersebut.
Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan dalam suatu
perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara
horizontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan
(operasi dan manajemen). Komunikasi internal terbagi ke dalam tiga kegiatan,
yaitu : komunikasi vertikal yaitu komunikasi secara timbal balik dari atas ke
bawah (Upper comunication/ downward comunication) ataupun komunikasi dari bawah
ke atas (Down up Comunication/ Upward Comunication). Pada proses komunikasi
vertikal dari atas ke bawah ini berupa kondisi dimana pimpinan memberikan
instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan lain-lain
pada bawahan. Pada proses vertikal secara komunikasi dari bawah ke atas, dimana
para karyawan memberikan laporan, gagasan, atau saran, usul/saran, kepada
pemimpin.
Indemnity adalah skema jaminan kesehatan yang
lebih menekankan pada batasan biaya jaminan kesehatan, peserta mempunyai
kebebasan memilih dokter untuk konsultasi, dapat langsung ke dokter umum,
spesialis maupun laboratorium tanpa memerlukan surat rekomendasi dan tidak ada
pembatasan daftar obat dan pembatasan RS/ Klinik untuk berobat selama masih
dalam jaringan provider yang ditentukan.
Managed Care adalah sistem skema jaminan
kesehatan dengan kontrol administratif dari jaringan provider, meliputi
pengendalian untuk harga, provider yang berjenjang dan intensitas
pelayanan kesehatan yang diberikan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan
layanan kesehatan peserta, serta nilai manfaat kesehatan yang diberikan,
membatasi fasilitas dan layanan yang berlebihan untuk pengendalian biaya.
Managed Care merupakan skema jaminan kesehatan yang menggunakan sistem rujukan
berjenjang, mulai dari dokter umum yang bertindak sebagai pemberi rujukan untuk
layanan selanjutnya seperti spesialis, bedah, dan terapi.
METODE ANALISIS
Tujuan penuliasan ini adalah fungsi strategi komunikasi dalam
penyampaian keputusan dari seorang pimpinan perusahaan kepada para karyawan
yang efektif dengan menekankan pada proses penyampaian informasi/keputusan yang
sudah diambil. Keberhasilan dalam mengkomunikasikan keputusan tersebut dapat
berpengaruh dalam hasil akhir nasib perusahaan yang sedang mengalami kesulitan
keuangan. Keberhasilanny didukung dengan kerjasama yang baik dari semua pihak
terkait maka dari itu sangat diperlukannya strategi komunikasi.
Dalam penulisan ini menggunakan rancangan analisis kualitatif
yang berusaha memahami proses komunikasi internal dimana sasaran utama dari
proses ini adalah para karyawan dan juga menggunakan tipe downward
communication yang menganalogikan informasi seperti instruksi/perintah
untuk mengubah sistem asuransi manage care ke indemnity karena mengingat
kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan juga tipe upward
communication yang digunakan bagi para karyawan untuk menyampaikan feedback kepada
atasan. Dalam kasus ini gaya komunikasi(personal communication style)
yang digunakan adalah The Magistrate yang merupakan perpaduan
dari dua gaya komunikasi(personal communication style), pertama Noble
“sampaikan apa yang ada dalam pikiran kita”, dalam tipe ini seseorang
pimpinan akan menyampaikan dari apa yang dia pikirkan karena dalam waktu yang
singkat seorang pemimpin dituntut berpikir cepat untuk membuat ide baru yang dapat
memberikan hasil maksimal terhadap perusahaan. Kedua The Socratic
“seseorang hanya akan menyampaikan inti dari argumentasi/pendapatnya ”,
seseorang pemimpin tidak perlu menyampaikan hal yang tidak seharusnya
disampaikan, tetapi langsung kepada inti dari informasi yang sedang
dikomunikasikan yaitu perubahan dari sistem asuransi manage care ke
indemnity.
PEMBAHASAN
Kenapa harus merubah sistem asuransi manage care ke indemnity?
Hal ini dikarenakan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan
dan perusahaan ingin mencari cara agar cost dari operasional
perusahaan dapat ditekan sehingga meminimalkan pengeluaran dan akibatnya
perusahaan dapat bertahan.
Tentunya bila peserta tetap menggunakan sistem manage care biaya yang di
keluarkan oleh perusahaan akan tetap tinggi dikarenakan digunakan sistem
rujukan. Jika peserta beralih ke sistem indemnity biaya perusahaan dalam bidang
asuransi karyawan akan berkurang dan berimbas pada penghematan biaya
perusahaan.
Perbedaan antara Indemtity dan Manage Care
Dari segi biaya indemnity lebih menekankan biaya jaminan kesehatan namun
memberikan kebebasan kepada pesertanya untuk bebas memilih dokter untuk
konsultasi, dokter umum, spesialis maupun laboratorum tanpa memerlukan surat
rekomendasi dan tidak ada pembatasan daftar obat dan pembatasan RS/klinik untuk
berobat selama masih dalam jangkauan provider.
Sedangkan manage care lebih menekankan atau mengontrol pada sistem
administratifnya, prosedur yang digunakan manage care lebih panjang dikarenakan
menggunakan sistem rujukan, sebagai contoh jika peserta ingin berobat terlebih
dahulu pseserta menuju ke klinik/rumah sakit yang ditentukan melalui
kesepakatan antara perusahaan dengan pihak provider, selanjutnya peserta akan
mendapatkan surat rujukan ke dokter umum maupun spesialis :
Skema/alur dari manage care dan indemnity
1. Manage care, untuk
Rawat Jalan (Tahap 1)
Jika dilihat
dari alur diatas peserta menuju ke klinik/rumah sakit yangsudah ditentukan,
form pendaftaran dan akan langsung mendapatkan tindakan medis. Jika peserta
mendapatkan surat rujukan maka peserta akan melakukan pengobatan ke tahap
selanjutnya sesuai dengan surat rujukan yang sudah diterima dan jika tidak peserta
sudah dianggap cukup untuk melakukan pengobatan dan langsung menuju pada proses
klaim kepada pihak penjamin. Namun biasanya peserta sangat dianjurkan untuk
melakukan pengobatan tahap selanjutnya dengan surat rujukan dikarenakan
tindakan medis pada tahap ini belumlah menuntaskan tahap dari proses pengobatan
peserta. Untuk tahap selanjutnya pseseta cukup dengan membawa surat
rujukan dari tahap pertama.
2. Indemnity
Untuk indemnity peserta dapat langsung datang ke klinik/rumah sakit, dokter
umum maupun spesialis. Peserta dapat melakukan pengobatan tanpa harus
mendapatkan surat rujukan dari klinik/rumah sakit. Jika peserta mendapatkan
from pendaftaran dapat langsung mndapatkan tindakan medis setelah selesai
peserta akan mendapatkan struk konfirmasi yang didalamnya terdapat rincian
biaya, dan peserta dapatlangsung melakukan klaim ke pihak penjamin.
Contoh struk biaya indemnity dan manage care
Dari segi biaya dan limit memang tidak ada perbedaan namun dari
alur diatas dapat dilihat dari penghematan biaya dapat dilihat dari panjangnya
alur pada sistem manage care yang menggunakan surat rujukan untuk melanjutkan
dan menyelesaikan pengobatan setiap pesertanya juag biaya yang dikeluarkan
lebih banyak dibandingkan indemnity.
Setelah dilakukan analisis dari kedua sisrem asuransi manage
care dan indemnity sudah dapat disimpulkan bahwa perusahaan akan mengambil
keputusan akan mengubah sistem asuransi manage care ke sistem asuransi
indemnity. Dalam proses pengambilan keputusan kami menggunaka teori pengambilan
keputusan Rasional dimana proses pengambilan keputusan ini
termasuk dalam kategori keputusan tidak terprogram karena beberapa alasan
diantaranya adalah diperlukannya kreativitas, intuisi, toleransi terhadap
ambiguitas dan pemecahan masalah kreatif.
Masalah yang jarang muncul, dengan ketidakpastian tinggi
mengenai hasil, mengharuskan direktur melakukan keseluruhan proses. Sedangkan
untuk masalah yang sering muncul tidak ada keharusan ini. Jadi, sudah ada
keajaiban yang disusun untuk menangani masalah seperti ini, kita tidak perlu
lagi mengembangkan dan mengevaluasi alternatif setiap kali masalah serupa
muncul. Ada sembilan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keputusan yang
berkualitas. Kesembilan langkah itu adalah sebagai berikut :
1. PENETAPAN TARGET DAN TUJUAN SPESIFIK SERTA PENGUKURAN
HASIL
Spesifikasi target dalam kasus ini adalah para karyawan/peserta asuransi tetap
dapat melakukan pengobatan ysng biayanya ditanggung oleh pihak penjamin tetapi
peserta dapat langsung menuju ke klinik/rumah sakit, dokter manapun selama
masih Fdalam batasan yang diberikan dari pihak penjamin asuransi. Sehingga
peserta tidak perlu repot-repot melakukan pengobatan dengan proses yang cukup
lama, disamping itu dampak yang dirasakan perusahaan adalah dapat melakukan
penghematan biaya pengeluaran perusahaan.
2. IDENTIFIKASI DAN DEFINISI MASALAH
Masalah yang sedang terjadi adalah suatu perusahaan yang sedang mengalami
kesulitan keuangan ingin menghemat pengeluaran agar perusahaan tetap bisa
bertahan dengan cara mengubah sistem asuransi manage care ke indemnity. Memang
sangat mudah untuk memahami bahwa ada masalah ketika kita mendapati
adanya perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sebenarnya.
Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang sering kali menghambat dalam mengidentifikasi
masalah yang sebenarnya. Faktor-faktor ini adalah :
1. Masalah persepsi.
Perasaan dari individu dapat saja bertindak untuk melindungi atau mencegah
individu mengalami persepsi negatif. Informasi yang negatif dapat saja
diprediksikan secara selektif sehingga mendistorsi arti yang sebenarnya atau
bahkan diabaikan sama sekali. Dalam implementasinya terhadap masalah ini
direktur diharapkan tidak mengikutsertakan persepsi-persepsi yang dia miliki.
2. Mencampuradukan
masalah dengan solusi. Ini adalah salah satu bentuk pengambilan keputusan yang
salah. Contoh direktur penjualan mengatakan “Penurunan keuntungan perusahaan
yang berakibat terhadap kestabilan keuangan perusahaan disebabkan oleh buruknya
kualitas produk”. Definisi yang dibuat direktur ini mengindikasikan solusi
tertentu – peningkatan kualitas produk pada bagian produksi. Padahal mungkin
saja ada solusi lain. Bisa saja masalah ini disebabkan oleh tenaga penjualan
yang tidak terlatih atau tidak memenuhi syarat, atau mungkin juga adanya produk
pesaing yang lebih baik.
3. Mengidentifikasikan
simtom (gejala) sebagai masalah. “Masalah yang sedang dihadapi adalah penurunan
pemesanan sebesar 32 persen”. Seandainya pun penurunan pemesanan sebesar 32
persen benar-benar terjadi, hal ini hanyalah simtom dari masalah yang
sebenarnya. Ketika direktur dapat mengidentifikasi masalah yang sebenarnya,
penyebab penurunan pemesanan juga dapat ditemukan.
3. PENETAPAN PRIORITAS
Tidak semua masalah memiliki tingkat yang sama. Memutuskan apakah harus merubah
sistem asuransi kesehatan yang lama Manage Care menjadi sistem
asuransi yang baru Indemnity tentu merupakan keputusan
yang lebih signifikan dibandingkan apakah harus menata ualng lobby dikantor.
Setiap proses pengambilan keputusan dan implemantasi pemecahan yang diambil
memerlukan sumber daya yang tidak terbatas, kita perlu menetapkan prioritas
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Dengan kata lain, kita harus
menetapkan tingkat signifikan dari masalah. Untuk menetapkan tingkat signifikan
sebuah masalah perlu dipertimbangkan tiga hal : urgensi, dampak dan growth
tendency.
Urgensi berhubungan dengan waktu, seberapa kritiskah sebuah
tanggang waktu? Memadamkan api yang timbul di kantor tentu lebih penting
dibandingkan membetulkan lift yang rusak. Dampak
(impact) adalah seberapa serius efek masalah tersebut. Dampak bisa
berupa dampak terhadap orang lain, penjualan, peralatan, keuntungan, kesan
publik atau dampak terhadap sumber daya organisasi lain. Kecenderungan
pertumbuhan (growth tendency) adalah pertimbangan pada masa yang akan
datang. Meskipun sebuah masalah memiliki tingkat urgensi dan dampak yang kecil,
jika dibiarkan masalah kecil itu dapat berkembang lebih parah.
4. MEMPERTIMBANGKAN PENYEBAB MASALAH
Meskipun mungkin tidak mungkin, biasanya akan sangat sulit tidak disarankan
untuk menentukan solusi terhadap sebuah masalah jika penyebab masalah belum
diketahui. Metode penggunaan lintah dan gurah dalam pengobatan tradisional
sudah sering dipakai untuk mengatasi berbagai penyakit. Jika penyebab pasti
dari penyakit dapat diketahui, tentu bentuk pengobatan lain akan lebih tepat
untuk dipakai. Jika kesulitan keuangan disebabkan penurunan penjualan dan
penurunan penjualan disebabkan harga yang tidak kompetitif, tentu solusi yang
mungkin ditempuh akan berbeda dengan jika penyebab penurunan adalah layanan
purna jual yang buruk. Identifikasi yang tepat terhadap penyebab masalah akan
membantu pihak pengambil keputusan untuk tidak mengambil solusi yang salah.
5. PENGEMBANGAN SOLUSI ALTERNATIF
Sebelum sebuah keputusan diambil, beberapa alternatif yang mungkin harus
dikembangkan (hal ini adalah merupakan solusi potensial terhadap masalah) dan
kosekuensi dari setiap alternatif harus diperhitungkan. Sebenarnya hal ini
adalah proses pencarian dimana lingkungan internal dan eksternal dari
organisasi diteliti untul mendapatkan informasi yang dapat dikembangkan menjadi
kemungkinan alternatif. Tentu saja hal ini dilakukan dengan batasa budget dan
batasan waktu. Dengan batasan inilah seluruh altetif harus ditemukan.
Solusi
dalam kasus ini adalah dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan
pada divisi tertentu untuk mengurangi beban gaji karyawan.
6. EVELUASI TERHADAP SELURUH ALTERNATIF SOLUSI
Setelah beberapa alternatif dikembangkan, seluruh alternatif ini harus dievaluasi
dan dibandingkan. Dalam setiap situasi pengambilan keputusan, tujuannya adalah
memilih alternatif yang akan memberikan hasil yang diharapkan yang paling
banyak dan menimbulkan akibat yang tidak diinginkan yang paling sedikit. Dengan
melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan tertentu akan menambah jangka waktu
produk yang akan dihasilkan yang akan berdampak pada kepuasan pelanggan,
sebagai contoh apabila dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah 35 orang
karyawan produksi dapat menghasilkan produk jadi 50 pcs dengan
waktu 5 hari sedangkan jika dari jumlah 35 orang tersebut dikurangi maka waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 50 pcs produk akan memakan
waktu yang lebih lama biaya yang dikelluarkan pun akan lebih banyak. Sedangkan
jika pengubahan sistem asuransi manage care ke indemnity yang
dipilih maka akan berdampak tetap berjalannya produksi yang tepat waktu dan
kepuasan pelanggan tetap terjaga.
7. MEMILIH SOLUSI
Tujuan untuk memilih
alternatif tertentu adalah mengatasi masalah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Hal ini adalah sebuah pandangan yang sangat penting. Hal
ini berarti bahwa keputusan bukan merupakan sebuah akhir melainkan sebuah
tahapan dalam mencapai akhir tujuan pemilihan alternatif tidak boleh dilihat
sebagai tindakan yang berdiri sendiri. Jika tidak, faktor-faktor yang mendorong
dan mengikuti keputusan ini akan diabaikan. Lebih khususnya, langkah-langkah
yang mengikuti keputusan harus memasukan implementasi dan juga tindak lanjut.
Poin yang penting adalah, pengambilan keputusan bukan saja sebuah tindakan
memilih, tetapi merupakan sebuah proses dinamis. Solusi yang diambil setelah
melalui proses analisis diatas adalah merubah sistem asuransi manage
care ke indemnity.
8. IMPLEMENTASI
Setiap keputusan akan bersifat abstrak jika tidak diimplementasikan, dan harus
diimplemantasikan secara efektif untuk mencapai tujuan yang menyebabkan
keputusan itu dibuat. Akan sangat mungkin sebuah keputusan yang “baik” dirusak
oleh implementasi yang buruk. Jika dilihat dari sudut pandang ini, implementasi
mungkin sebenarnya lebih penting dibandingkan pemilihan alternatif. Karena
implementasi biasanya melibatkan orang lain, ujian apakah sebuah keputusan
dapat dianggap tepat dapat dilihat dari perilaku orang-orang yang terlibat
dalam keputusan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan evalusi
kepada para karyawan selaku peserta asuransi indemnity apakah
sistem ini sudah berjalan dengan baik atau tidak?.
9. TINDAK LANJUT
Manajemen yang efektif juga terkait dengan pengukuran hasil secara periodik.
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan hasil yang direncanakan (tujuan :
merubah sistem asuransi manage care ke sistem asuransi imdenity),
dan jika terjadi perbedaan, harus dilakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan
adalah dengan memilih alternatif-alternatif keputusan yang mungkin lebih baik
daripada keputusan yang di implementasikan saat ini
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam aktivitas
bisnis, terutama yang berkenaan dengan pelanggan. Organisasi bisnis akan banyak
berhubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadapnya (stakeholders), baik
itu pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Komunikasi memungkinkan
terjadinya koordinasi, perintah atau instruksi, saran-saran, informasi dan
sebagainya dapat disampaikan secara cepat, tepat dan jelas, sehingga tujuan
organisasi bisnis dan kebutuhan serta keinginan pelanggan dapat disinergikan
dalam kerangka hubungan yang saling menguntungkan.Untuk itu, diperukan
pemahaman yang tepat mengenai konsep komunikasi efektif, sehingga organisasi
bisnis mampu menerapkan dengan optimal dalam rangka meningkatkan kinerja dan
mempertahankan keberlangsungan jangka panjang organisasi bisnis.
Semua tugas direktur, tanpa terkecuali, berhubungan dengan
proses komunikasi. Masalah-masalah yang sering muncul adalah disalahartikannya
perintah dari atasan, tersinggungnya seseorang oleh gurauan rekan kerjanya,
atau disalahartikannya komentar atasan sehingga terjadi sakit hati di kalangan
karyawannya. Situasi tersebut adalah contoh kegagalan proses komunikasi.
Pertanyaan mendasar yang seharusnya diajukan bukanlah apakah para direktur
sudah berkomunikasi, karena komunikasi merupakan sesuatu yang baku dalam fungsi
organisasi. Pertanyaan sesungguhnya adalah :apakah para direktur berkomunikasi
dengan baik atau buruk? Dengan kata lain, komunikasi sudah pasti terjadi dalam
menjalankan organisasi; tapi komunikasi efektif belum tentu
terlaksana. Setiap direktur harus juga menjadi seorang
komunikator. Nyatanya, perilaku apapun yang dilakukan direktur
merupkan suatu bentuk komunikasi kepada seseorang atau suatu kelompok.
Satu-satunya pertanyaan : “Apakah dampak komunikasi tersebut?”. Untuk menjawab
pertanyaan diatas dan disesuaikan pada kasus ini direktur diharapkan mampu
dalam mengkomunikasikan ataupun menyampaikan hasil dari keputusan yang diambil
dari permasalahaan kesulitan keuangan tadi.
Strategi Komunikasi
Strategi
yang digunakan adalah lebih menekankan dalam penyampaiannya kepada para
karyawan. Disinilah pentingnya sebuah strategi komunikasi, langkah awal yang
harus dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua kepala dari divisi/departemen
masing-masing guna menginformasikan tentang perubahan sistem manage care ke
indemnity.
Penjelasan :
Setelah proses pengambilan keutusan yang dilakukan dan sudah
memperoleh keputusan yang terbaik seorang direktur harus dapat menginformasikan
keputusan yang sudah diambil yang merupakan gagasan atapun ide dari seorang
direktur. Informasi yang disampaikan haruslah dapat dipahami mulai dari wakil
direktur manager sampai karyawan biasa dan hanyalah bagian-bagian yang perlu di
sampaikan, dengan cara menjadikan keputusan yang sudah diambil sebagai suatu
perintah yang harus dilakukan. Pada tahap awal direktur mengumpulkan wakil
direktur beserta manager untuk menginformasikan perintah tersebut. Lalu
para manager mengupayakan bagaimana cara menignformasikannya lagi kepada
karyawan dengan cara mengkonfersi dari bahasa yang disampai oleh direktur
menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh karyawan biasa. Dengan cara itu para
karyawan akan cenderung membagi informasi dan menjalankan perintah yang
diberikan dikarenakan sudah dapat menerima dan memahami informasi dengan baik
dengan bahasa yang mudah dicerna oleh mereka.
Untuk menghindari arus informasi yang berlebihan perlu adanya
koordinasi dari tingkat manager kepada para karyawan. Setelah menyampaian
informasi/perintah, perlu diadakannya eveluasi dari implementasi strategi ini.
Setelah dievaluasi maka diperolehlahfeedback atau umpan balik juga
berupa informasi yang akan diterima oleh direktur. Jikafeedback yang
diterima baik maka strategi yang dilakukan berhasil dan jika tidak maka
strategi ini gagal. Untuk mendukung strategi yang dilakukan haruslah adanya
koordinasi yang baik dari semua elemen mulai dari direktur sebgai pemberi
informasi/perintah sampai manager yang bertanggung jawab atas koordinasi ke
para karyawan.
KESIMPULAN
Pentingnya suatu strategi komunikasi dalam mengkomunikasikan
suatu informasi dalam hal ini keputusan yang sudah diambil agar informasi atau
keputusan yang diambil dapat diterima dan mendapatkan feedback yang
baik dari penerima sehingga informasi dapat tersampaikan dan proses komunikasi
dapat dikatakan berhasil /sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Jerald Greenberg. (2005) Managing Behavior in
Organization.Prentise Hall:New Jersey. Hal 300,301,304,306,308,311,312,314,315
M. Ivancevich, John dkk(2009). Perilaku dan
Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga.Hal 161-167
AdMedika. (2015) Indemnity Claim Management. [online]. Avaliable
from:
http://www.admedika.co.id/index.php/id/services/indemnity-claim-management
[Accessed 19 April 2015]
AdMedika. (2015) Manage Care Claim Management. [online].
Avaliable from: http://www.admedika.co.id/index.php/id/services/indemnity-claim-management
[Accessed 19 April 2015]